Minggu, 06 Agustus 2017

STIP/CAAIP 52 8TH ANNIVERSARY - 52 mencintai LIMA DUA

Jakarta (STIP_Batch_52) – “Delapan tahun telah berlalu… Kami tidak akan pernah lupa, ditanggal 3 Agustus 2009 silam, merupakan titik awal persaudaraan kami dipersatukan dalam satu almamater. Meskipun kami harus dididik dalam latar belakang yang berbeda-beda baik suku agama dan adat istiadat yang berbeda pula, dan kini kami telah melewati hidup serta perjalan panjang dari masa taruna sampai kini menjadi perwira. Ada yang sudah berkeliling dunia mengarungi 7 samudera, ada yang melanjutkan study ANT/ATT II dan S2, ada yang merintis usaha dan ada pula yang sedang berjuang merangkak naik dari keterpurukan, saudaraku, kami masih ada untuk saling membantu, kami tetap dalam satu korps Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Angkatan 52”, kutipan doa dari Arif Irsyam setelah pemotongan kue ulang tahun pada acara Halal Bi Halal dan Perayaan ulang tahun angkatan yang ke-8 Corps Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran dahulu Akademi Ilmu Pelayaran (CAAIP) Jakarta di Hotel Ibis Styles Jakarta Sunter, Sabtu (05/08/2017).
Kue Ulang Tahun ke-8 CAAIP 52


Dari 354 anggota, sebanyak 102 anggota dan keluarganya datang pada acara rutin tahunan ini. Acara berlangsung meriah bertempat di ruang Mangrove 3, ada yang membawa bayinya, suami/istri, calon pendamping hidupnya bahkan orang tuanya pun ikut diajak ambil bagian. Ada juga Si Hafiz Zulhadi, rela terbang dari Cilacap dimana kapalnya hanya sandar  sehari demi mengikuti acara termeriah ini.
Bertindak sebagai ketua panitia adalah M Rezza Maulana, “acara ini dapat terlaksana berkat kontribusi kita semua, free of charge, dari 52 untuk 52 dan untuk anak cucu kita nanti” imbuhnya saat sambutan.

Ketua angkatan 52 periode 2016-2017 Imansyah Budi Prakoso mengatakan, acara halal bihalal ini dilakukan dengan mengundang seluruh anggota beserta keluarganya.
“Tak lupa kami sekali lagi mengucapkan selamat kepada seluruh personil Korps Alumni STIP 52 yang telah berhasil menunjukkan eksistensinya kepada dunia, semoga kedepannya semakin sukses dan mampu meneruskan salah satu tradisi kebanggaan almamater kita”, katanya singkat.

“Juga kami mengucapkan selamat kepada rekan-rekan yang baru melaksanakan janji suci pernikahan, semoga menjadi keluarga bahagia, sejahtera dan selalu dalam lindungan Tuhan Tang Maha Esa. Tetap solid, jaga kebersamaan dan kekeluargaan, mari kita sama – sama membangun 52 menjadi organisasi alumni yang lebih baik dan professional”, jelas Imansyah penuh harap.
Setelah makan siang bersama, acara dilanjutkan dengan pembagian hadiah dan doorprice. Ada yang unik di moment ini, hasil penelusuran tim TC mengatakan bahwa doorpricenya berupa Granita lengkap dengan Chocolatosnya.

“Hadiahnya sangat berkesan, Granita dan Chocolatos, mengingatkan saya saat di Asrama, dua makanan wajib yg tak kan terlupa, teman saat suka dan duka” cetus Enriqo P. Rajagukguk yang mendapat hadiah karena datang paling awal.
EX-Taruni 52 yang berkesempatan hadir

Kemudian laporan pertanggung jawaban pengurus CAAIP 52 periode 2016/2017 yang disampaikan oleh Fitri Widya Utami, Kriswiratmo, Adi Junaedi  dan Rezza.
“Uang kas angkatan ialah dari kita untuk kita, sekarang memang berat, namun itu merupakan investasi kita untuk masa depan yang lebih cerah,..bayar uang kas ya genk” pinta pengurus diakhir laporan.
“Kedepan 52 mempunyai mimpi untuk konsolidasi bisnis Pelayaran 52, PT. Lima Dua Shipping Lines, Rumah Lima Dua dan Yayasan Pelayaran 52”, tambah pengurus.

Ketua panitia mengambil alih acara dengan memaparkan seputar organisasi CAAIP 52 dan beberapa hal yang perlu dimusyawarahkan bersama sebelum pemilihan ketua angkatan yang baru periode 2017-2019.
“Kami akan melanjutkan visi misi CAAIP 52 menjadi organisasi alumni yang professional dan mandiri, serta mampu berkontribusi dalam dunia maritim dan kemasyarakatan”. Jelas Agung Wansyah selaku ketua angkatan terpilih periode 2017-2019.
Penyerahan kue dari pengurus 52 lama ke pengurus baru (Rezza ke Agung W)


Pemotongan kue dan pemberian kue kesemua peserta yang diawali dengan doa merupakan acara terakhir sebagai wujud tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ditutup dengan foto bersama sembari mengucap komitment “52 mencintai 52, 52 berdaya saing global bermanfaat luas”, ucap seluruh peserta saat boomerang. (mawy)
Keluarga besar STIP 52








Selasa, 14 Maret 2017

RUMPUT TETANGGA AKAN SELALU NAMPAK HIJAU ANDAI TAK MERTAMU



M Agung Wansyah Y SST.Pel., MMT.r

RUMPUT TETANGGA AKAN SELALU NAMPAK HIJAU ANDAI TAK MERTAMU.

Berawal dari berontak memilih jurusan sejak kabur dari bangku SMA. Bagi kebanyakaan generasi 90-an semua terlihat begitu sukar, namun tidak bagi Agung Wansyah, anak pertama dari tiga bersaudara ini harus mampu meyakinkan kedua orang tua,nenek serta keluarganya. Keluarga petani yang hidup di kaki gunung Sukma Hilang, kecamatan Gedongtataan, Lampung Selatan (kini Kabupaten Pesawaran) Lampung itu dituntut mampu menenangkan hati neneknya yang takut akan kerasnya dunia pelaut. Mencoba lepas dari doktrin orang Jawa perantau yang cenderung ingin anaknya hidup mapan dan enak, “tidak mengapa hidup di gunung asal dekat dengan keluarga, makan ubi jalar di bawah atap daun kelapa” salah satu petuah orang tua yang tidak bisa di lupakan oleh seorang Agung. Agung Wansyah berusaha menapik itu, dengan mencoba peruntungan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta. Dari ketiga lulusan SMA N 1 Gading Rejo, dialah yang Allah pilih untuk mengenyam pendidika di kawah chandra dimuka pelaut Indonesia tersebut.
Kebanggan itu terpancar dari raut muka kedua orang tua dan neneknya ketika pertama kali pesiar atau pulang dari Asrama setelah 3 bulan mengikuti masa dasar bina mental (Madabintal) tahun 2009. Berseragam lengkap menyeberangi Selat Sunda dari Merak menuju Bakauheni, menggunakan kapal Ferry “Jatra” bertuliskan ‘We Bridge the Nation, Bangga Menyatukan Nusantara” menyusuri perkebunan karet PTPN VII Way Lima, menerjang jalan berbatu yang sudah dari tahun 2000 silam diurus ke Pemda namun masih sama, tetap berlumpur tanah jika hujan, listrik pun belum sepenuhnya menerangi kampungnya.
“kembalinya dirimu menggunakan seragam STIP ini sudah cukup menerangi kampung ini anakku” cetus Ibu Mindarti seraya memeluk anak sulungnya.
Ada setitik harapan dari warga kampung melalui seorang Agung agar mampu menularkan keberuntungannya kepada anak-anak yang lain.
Seminggu dirumah sudah cukup baginya untuk kembali ke Asrama. Hidup Anda bisa seindah pelangi Jika Anda pandai mewarnai. Mungkin itu yang bisa tersurat untuk siang itu. Agung Wansyah kembali melanjutkan mimpinya. This is KALK simulator (Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan) to practice the activities between shipper and consignee transaction. As we know that there are a lot of process in export-import. So this simulator is a place for use a cadet to practice the whole process of shipping goods. many stakeholder interrelated, so in KALK simulator is a miniature of the process. Shipper consignee stevedore (Perusahaan Bongkar Muat), Shipping Line, Freight Forwarder, Harbour Master Service and Finance Division, Custom, Imigration, Quarantine Bank and Insurance Planning and Controlling Billing Locket and Gate Ship Planning and Ship Operation, Pilot Division, Operation Control. This simulator is only in the STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran-Jakarta), and the only one in Indonesia. for Port and Shipping Management Department. Luar biasa bukan!!! sebagai yang pertama di Indonesia, cukup handal menjadi sebuah simulator kegiatan kepelabuhanan dan sistem angkutan laut di Indonesia.
Disela-sela kesibukannya menyusun skripsi yang sebenernya sudah selesai sejak satu bulan yang lalu, ada sebuah hobi yang sulit untuk ditinggalkan. Hobi yang susah untuk dikembangkan sebenarnya, namun apa mau dikata hatinya sudah tersangkut kepadanya. yaappp bener banget Volly Ball is his Hobby...Sebuah kebanggan bisa bergabung dengan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Volly Ball Club sejak 2009. Diawali dengan prestasi yang cukup buruk, sejak menjadi tuan rumah Olimpiade Olahraga Perguruan Tinggi Kedinasan Se-Indonesia. Di akhir pengabdiannya sebagai taruna pada Oktober 2013, barulah Agung berhasil menyumbangkan mendali emas bersama timnya. Tak lupa pula jika jenuh dirinya, Mancing mania @ Kolam latih STIP, merupakan kegiatan tambahan yang sedikit menarik. Mengurangi rasa bosan dengan kegiatan rutinitas PHST (Peraturan Harian Sifat Tetap) merupakan salah satu efeknya. Mencari lauk yang berbeda di Wisraba mungkin alasan yang kedua. Adapun alasan yang ketiga ya karena di Jekpot Senior. Imbuhnya sambil memperagakan muka Senior yang suka nyuruh-nyuruh.
Di STIP sendiri ada tiga jurusan, Nautika calon Nahkoda Kapal, Teknika calon Kepala Kamar Mesin dan jurusan yang dipilih Agung, kalau dia bilang “dipilihkan oleh Allah, saya hanya menjalaninya dengan sebaik mungkin”. Iya betul sekali KALK kependekan dari Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan, jurusan terakhir yang dikucilkan. Dianggap remeh oleh sebagian orang, dikesampingkan di tatanan resimen taruna, dan sering diolok-olok oleh senior. Dilema yang mengganggu pikiran tingkat satu, bahkan tak sedikit tingkat akhir di jurusan ini yang patah semangat. Ada apa gerangan ? sama-sama berseragam STIP, sama-sama tinggal di asrama, sama-sama di Jekpot (istilah jika diperintah oleh senior), sama-sama dijemur jika ada satu orang yang salah satu angkatan menanggungnya, sama-sama apel malam, sama-sama dinas jaga larut malam, sama-sama re-disiplin, sama-sama dielekin di lapangan bintang, sama-sama sikat WC sebelum kontra apel, sama-sama ga mandi jika tim air ngambek, sama-sama TC jaga (tahanan campus – bisa sampai 3 bulan atau ada yang sampai wisuda) kalau buat salah, sama-sama dikejar-kejar jurusan buat nyelesain tugas,ujian atau bahkan skripsi (parah kalau ini), sama-sama dicariin kalau ga makan di wisraba (wisma rasa BandarLampung,,,eehhh salah Wisma Rasa Bahari maksudnya), sama-sama guling-guling muntah-muntah sebelum kenaikan shevron, sama-sama di hukum oleh perwira jika junior salah (derita tingkat dua, padahal mengkhayal biar cepat-cepat naik tingkat, ternyata sama saja), sama-sama dilema akan pekerjaan “Kerja dimana nanti ya?”, sama-sama bawa bongkaran (buah tangan) setelah balik pesiar (kalau ga ya Katro namanya), sama-sama semua pokoknya. “Lalu apa yang beda sebenarnya?” pikir Agung dalam sekali. Sama-sama diwisuda, sama-sama balok 2, sama-sama pakai pedang kehormatan, sama-sama tercatat di daftar anggota Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (masih menggunakan nama pertama, sebelum berubah nama menjadi PLAP dan sekarang STIP). Sama-sama mandi bareng satu gayung satu bak satu sikat gigi, sama-sama maen drum band-vallreff-senapan senjata etc deh, sama-sama apel pagi tiap hari setelah sarapan, sama-sama baris rapi sebelum makan, sama-sama olahraga pagi dibangunin timil (tim militer Jenderal Suko) pakai periwitan khasnya “mau bangun lari olahraga dilapangan opo tak guling-gulingke” teriak jenderal Suko sambil bawa pecutan, sama-sama ngumpet  beli makan dikantin efek bosen makanan wisraba dengan konsekuensi di hukum TC, sama-sama tidur dimeja kelas kalau ga ada Dosen, sama-sama lari satu ubin satu baris nengok semua kalau ada kata “ssstttttttt’ ‘hey genk’ sama telunjuk satu nunjuk ke salah satu taruna/i, rebutan deh buat nyamperin, padahal siap-siap jurus seribu bayangan, sama-sama mempertaruhkan nyawa menyusuri container hidup yang terparkir dari Mambo ke Marunda atau sebaliknya.sama-sama, sama-sama dijuluki angkatan Batchu (batu/keras kepala) punya mimpi menjadikan STIP sebagai ujung tombak Indonesia menjadi Poros Maritime Dunia. Tegas Agung sedikit memerah bola matanya.
Kini Agung sedang duduk dimeja kerjanya, baru bulan lalu dia lulus sebagai master manajemen transportasi laut dari STMT Trisakti dengan predikat cumlaude, mencoba video call dengan teman angkatan 52-nya yang sedang berlayar ke Eropa, temannya seorang Chief Officer dan Second Engginer di kapal tersebut yang kebetulan si Agung ialah Assistant Ops Manager di Perusahaan pemilik  kapal tersebut. Terlihat jelas mereka sangat akrab, berdiskusi mengenai permasalahan dikapal dan perusahaan serta tak jarang juga membahas permasalahan keluarga sebagai penyelingnya. Mereka saling melengkapi. Dari sini terlihat bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan, tidak ada rumput yang lebih hijau. Kita saja yang terbatas melihat rumput tersebut. Untuk itu lah diperlukannya Silaturahmi untuk membuka sudut pandang kita. Demikian kutipan terakhir dari penjelasan seorang Agung Wansyah yang ingin menjadi Owner kapal serta Menteri Perhubungan yang bermanfaat untuk umat manusia.


Muhammad Agung Wansyah Yunandar SST.Pel., MMT.r
STIP Jakarta
NRP. 09.5576/K
Angkatan 52
STMT Trisakti
NIM: 225014106
Angkatan XII 
089531772011